Strangers



Gue mau berbagi salah satu hasil pemikiran gue -cielah, dari perjalanan seminggu ke negeri tetangga, Malaysia. It does feels like the usual though. Panasnya sama, jalannya mirip, bangunannya nggak jauh beda. Cuma lebih rapi dan bersih aja kok, dan bahasanya bisa dibilang 'medhok' a la melayu, kita ngomong bahasa indonesia aja mereka ngerti. But, that doesn't mean i got nothing because it was like the usual, malah, karena banyak kesamaan itulah yang membuat perbedaan-perbedaan kecil terlihat lebih jelas. Apalagi niat gue terbang kesana pada dasarnya memang untuk menikmati secangkir pengalaman dan pelajaran baru yang nggak mungkin bisa gue nikmati kalau gue memilih untuk hanya duduk manis dan menunggu disuapi ilmu. Ilmu itu dimana-mana kok, belajarlah untuk mencarinya dan peka terhadapnya. Segala hal yang terjadi juga bisa jadi pelajaran untuk kedepannya yang lebih baik. Aduh mulai deh gue. Ok balik lagi, sejujurnya, yang bikin gue bahagia salah satunya adalah strangers.

People often shy to strangers, as they only want to impress everyone, -even strangers.

Yah sebenarnya gue juga sama, 'jaga image' lah katanya. Well it is.

But, they were like a big blank pieces of paper, you could draw anything you want to their impressionable surfaces, -kata Janet Fitch.

Nah, rasa malu gue itu ujung-ujungnya akan kalah dengan rasa ingin tahu gue tentang mereka. Rasanya ingin menjamah dan mencicipi setiap rasa yang pernah mereka kecap, -cie bahasanya. Itulah kenapa gue nekat ngajak ngobrol dan mencoba untuk menelaah tiap berkas-berkas ilmu yang mereka perlihatkan. Sejujurnya, gue lebih suka ngajak ngobrol orang dewasa karena pengalaman mereka jelas lebih bejibun dan bedanya zaman membuat kisah mereka seakan punya warna yang berbeda. Ditambah, kisah mereka biasanya mengandung makna yang lebih dalam. Plus, banyak wejangannya. Hal yang dibicarakan biasanya simpel kok, hanya seputar masa muda mereka yang biasanya diisi oleh kenakalan seperti yang dilakukan remaja kebanyakan -nggak semuanya kok, namun nakal pun kadang mereka tetap berusaha menjaga tata krama. Lalu ada juga kesan mereka terhadap anak muda zaman sekarang, dan harapan mereka untuk generasi penerus mereka. Intinya sama kan? Tapi tetap saja kalau beda orang, beda cerita.

Tidak ada seorang pun yang persis merasakan hal yang pernah lu rasakan, tidak ada seorang pun yang melihat hal persis seperti apa yang pernah lu lihat, tidak ada seorang pun yang pernah mengambil pelajaran persis seperti lu ngambil pelajaran. Kita diminta untuk bersosialisasi agar bisa mengecap rasa satu sama lain, tentu dengan batasan-batasannya. Seperti, cewek ngobrolnya sama cewek lagi, dan sebagainya. Niatnya bersosialisasi biar punya banyak network, kan bagus tuh kalau-kalau ada info ini itu yang ternyata diperlukan. Nggak ada niat lebih, seperti untuk flirting misalnya. Ya ampun. Yaa setidaknya, itu yang gue anut.

But after all, tetap aja, semua orang berbeda. Nggak semua orang ingin menyentuh dunia luar walaupun kesempatan didepan mata. Entah karena tak bisa, atau tak mau. Biarlah setiap orang mengikuti kata hati masing-masing. Biarlah setiap orang hidup seperti apa yang mereka inginkan. Karena yang gue tau, perbedaan itulah yang membuat kita khas, dan hebat.



Comments

Popular Posts